Pengertian dan Pentingnya Amal Saleh
Muhammad Abduh, seorang tokoh pembaru Islam Mesir,
mendefinisikan amal saleh sebagai "segala perbuatan yang berguna bagi
pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan."
Sementara Abu Kasim Mahmud bin Umar Az-Zamakhsyari (467 H/1075 M-538 H/l 144
M), seorang ahli tafsir klasik yang beraliran rasional, berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan amal saleh ialah segala perbuatan yang sesuai dengan dalil akal
(rasional), Alquran, dan atau sunah Nabi Muhammad SAW.
Dari pengertian amal saleh yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat
dipahami bahwa amal saleh, jika dikerjakan, selain memberi manfaat bagi diri
yang melakukannya, juga memberikan manfaat terhadap orang lain, dan perbuatan
itu dapat diterima oleh akal sehat.
Adapun dasar keberadaan amal saleh ini antara lain firman Allah SWT dalam surah
An-Nahl (16) ayat 97, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik..."
Amal kebajikan ini, menurut fukaha, ada yang tergolong amal jariah dan ada pula
yang tergolong amal ibadah. Yang dimaksud dengan amal jariah ialah perbuatan
kebajikan yang dilakukan secara sukarela dengan mengharapkan rida Allah SWT,
dan mendatangkan balasan kebajikan (pahala) bagi yang melakukannya, meskipun ia
telah berada di alam akhirat.
Pahala amal ini terus mengalir kepadanya selama orang yang masih hidup dapat
memanfaatkan hasil kebajikan yang ditinggalkannya di dunia.
Dasar yang umum digunakan fukaha atas keberadaan amal jariah ini ialah hadis
Nabi SAW, "Apabila anak Adam (manusia) wafat, maka terputuslah darinya
semua pahala amal kebajikannya kecuali tiga macam, yaitu sedekah jariah, ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR.
Muslim).
Selain tiga macam yang disebut dalam hadis di atas, terdapat beberapa kebajikan
lain yang dapat digolongkan kepada amal jariah, seperti disebut dalam hadis,
"Sesungguhnya di antara amal kebajikan yang mendatangkan pahala
setelah orang yang mengerjakannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskan, anak
saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya,
masjid yang dibangunnya untuk tempat peribadatan umat Islam, rumah yang
dibangunnya untuk penginapan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, air yang
dialirkannya untuk kepentingan umum, dan harta yang disedekahkannya.” (HR.
Ibnu Majah).
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang
berarti perbuatan atau tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang
patut. Menurut istilah, amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat
kepada pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat. Islam
memandang bahwa amal saleh merupakan manifestasi keimanan kepada Allah SWT.
Islam bukan sekadar keyakinan, melainkan amalan saleh yang mengejawantahkan
keyakinan tersebut. Amal saleh menegaskan prinsip-prinsip keimanan dalam
serangkaian aturan-aturan Allah SWT.
Sedangkan amal saleh yang tanpa keimanan akan menjadi perbuatan yang tidak ada
nilainya di hadapan Allah. Sebagai contoh orang yang dalam kesehariannya suka
memberi bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan tetapi tidak dilandasi
dengan keimanan kepada Allah, maka perbuatan tersebut tidak mendapat nilai atau
balasan dari Allah.
Syarat sahnya sebuah perbuatan kebaikan seseorang antara lain :
a. Amal saleh harus dilandasi niat karena Allah semata
b. Amal saleh hendaknya dikerjakan sesuai dengan Qur'an dan Hadits
c. Amal saleh juga harus dilakukan dengan mengetahui ilmunya
Oleh karenanya sebagai seorang hamba Allah kita dalam berbuat kebaikan harus
disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah semata, sesuai dengan tuntunan
Al-Qur'an dan Hadits dan tahu ilmunya sehingga dapat mendatangkan kebaikan bagi
si pelaku.
Al-Qur'an menyebutkan ungkapan "amal saleh" pada dua tempat, yaitu
Q.S. Al-Fatir 5:10
dan Q.S. Attaubah: 120. Ayat pertama mengungkapkan: "Kepada-Nyalah akan
naik perkataan-perkataan yang baik, dan amalan kebajikan Dia akan
mengangkatnya. ( Q.S. Fatir:10 ).
Sedangkan, ayat kedua menjelaskan tentang semua tindakan dalam jihad di jalan
Allah sebagaimana amal saleh. Adapun ayat yang menjelaskan tentang amal yang
tidak saleh (amal gair shalih) dikaitkan dengan pembangkangan kan'an terhadap
seruan ayahnya, Nabi Nuh AS (Q.S. Hud:46).
Al-Qur'an menghubungkan kata"amanu" (mereka beriman) dan
"amilus-shalihat" (mereka beramal saleh) dengan kata sambung
"wa" (dan) pada 50 ayat Al-Qur'an, antara lain: Q.S. Al-Baqarah:
25,28,82,277, Ali 'Imron: 57,122,173, At-Tin:6, Al-Bayyinah: 7, dan Al-'Ashr:
3. Dalam 10 ayat yang lainnya, yaitu: An-Nisa': 124, Hud: 11, Al-Isra': 9,
Al-Kafh 18: 2,46, Maryam: 76, Taha: 75,122, Al-Anbiya': 49, An-Nur: 55,
Al-Qur'an juga menyebutkan kata "as-salehat" tetapi tidak
menghubungkannya secara langsung dengan "amanu".
Dari apa yang ditemukan pada ayat-ayat Al-Qur'an diatas, dapat disimpulkan
bahwa amal saleh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya, orang yang
beriman kepada Allah SWT harus menampakkan keimanannyadalam bentuk amal saleh.
Iman dan Amal Saleh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang.
Iman tanpa Amal Saleh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.
Dengan demikian, seorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan
keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya.
Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh di dalam jiwa karena diwujudkan
dalam bentuk amal saleh yang menunjukkan nilai-nilai keislaman.
Dalam bentuk ayat tersebut, Allah SWT menjanjikan kepada mereka yang beriman
dan beramal saleh memperoleh surga na'im (sarat nikmat), maghfirah (ampunan
Allah), dan pahala yang besar (arjun azhim). Selain itu, Amal saleh
merupakan kunci keberuntungan bagi manusia.
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”. (QS An-Nahl : 97)
, inilah janji Allah bagi orang –orang yang beramal sholih. dlm hal ini
seseorang berusaha meningkatkan amal demi kehidupan dan mendambakan kehidupan
yg baik dari hari-kehari, bulan kebulan bahkan tahun ke tahun , sehingga pada
tahun yg baru ini semoga kita salah satu dari orang yg beruntung. Dan ditahun
yang akan kita lalui semakin membuka jlan kita untuk terus meningkatkan
amal sholih , yg kemudian dapat menjadikan keuntung dunia dan akhirat bagi
kita,
Ada 10 macam buah amal sholih bagi kehidupan manusia :
1) Allah akan memberinya Rezeki yg baik
Allah aakn karuniakan kehidupan yg baik , dengan cara menurunkan kepadanya
rezeki yang halal dan baik. Sehingga apa yang ia makan adalah sesuatu yang
baik.
“Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan
dan rezki yang mulia” (QS Al-Hijr : 50)
Maka jka ada pertanyaan bagaimana kita agar mendptkan rezeki yang baik atau
amal sholih apa yg membuat itu semua , agar orang mudah mendapatkan
rzeki lalu bagaimana kita berseikap, jawabannya nya sangat sedehana yaitu
membangun amal sholih baik dengan Allah maupun dengan manusia. Dengan
begituinsya Allah , kehidupan kita akan dikaruniai Allah dengan xrezeki yg
baik.
2) Allah Akan memberikan Derajat yang
tinggi
Allah akan meningkatkan harkat dan martabat kita dengan amal yang kita
lakukan, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun amal kebaikan
hambanya dan kebaikan itu akan dibalas dengan balasan yang baik, oleh karenanya
didlm kehidupan kita salah satu cara Allahmengangkat derajat manusia adalah dengan
amal kebaikan yang mereka kerjakan.
“ dan Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan beriman, lagi
sungguh-sungguh telah beramal saleh, Maka mereka Itulah orang-orang yang
memperoleh tempat-tempat yang Tinggi (mulia),” (QS Thaaha : 75)
3) Sukses
Orang yang senantiasa melakukan amal sholeh Allah akan membimbingnya untuk
hidup dalam kehidupan yang baik dan akan selalu membimbingnya dalam menentukan
segala hal dengan bimbingannya
4) Keimanan dan ketaqwaan diri
Salah satu bukti dari sebuah keimanan adalah sebuah amal, oleh kerena itu
amal adalah sebuah perwujudan dari matangnya iman dalam ketaqwaan bagi para
hambanya sehingga semakin banyak orang melaukakan amal kebaikan maka kualitas
iman dan taqwaanya insyaallah juga akan bertambah
5) Terhidar dari kegelapan
Orang yang beramal sholih, semua tindak tanduknya senantiasa mengingat
Rabbnya , sehingga Allahpun juga ajan mengungatnya hal itulah yang menyebabkan
Allah akan selalu menjaga dan membimbing para hambanya yang senantiasa
melakukan perbuatan baik.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah
mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.” (QS
Yunus :9)
6) Diberi Rahmat
Orang-orang yang mengerjakan kebaikan Allah menjanjikannya dengan limpahan
curahan rahmatnya seperti didalam al-qur’an Allah berfirman:
“ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh Maka
Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah
keberuntungan yang nyata. (QS At –jatsyiah :30)
7) Hilangny rasa takut dan khawatir
8) Pahala yg cukup
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, Maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala
amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS
ali-Imran :57)
9) Diberi ampunan
“dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan
Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri
mereka Balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-Ankabut :
7)
10) Setelah mendapat ampunan maka syurga
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah
penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya.” (QS Hud :23)
SUNGGUH
beruntung dan berbahagia orang yang dalam hidupnya selalu beramal saleh. Betapa
tidak, selain dicintai Allah SWT dan para malaikat-Nya, setiap saat jutaan umat
Islam senantiasa menyebut dan mendoakannya dalam shalatnya.
Tepatnya, dalam tahiyat: “…assalaamu ‘alainaa wa
‘alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin” (semoga keselamatan menimpa kami dan
hamba-hamba Allah yang saleh).
Orang yang beramal saleh secara tegas juga dinyatakan
sebagai orang yang tidak akan merugi dalam hidupnya, baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Dalam Q.S. al-’Ashr:1-3 dinyatakan, semua orang akan merugi.
Kecuali, salah satunya, orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta saling berwasiat
dalam kebaikan/kebenaran dan kesabaran.”
Amal saleh merupakan buah dari iman. Dengan kata lain,
amal saleh merupakan cerminan iman. Masalahnya sekarang, apa yang termasuk amal
saleh?
Secara umum dapat dikatakan, amal saleh adalah
perbuatan baik menurut standar nilai Islam, yang mendatangkan manfaat baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain.
Amal saleh dapat dikatakan sebagai pelaksanaan segala
perintah Allah dan penghindaran terhadap segala larangan-Nya. Dalam sebuah
hadits disebutkan, kesalehan (amal saleh) merupakan bekal yang paling baik
untuk dibawa ke alam akhirat yang kekal nanti, setelah kehidupan dunia ini.
Secara spesifik, dalam sebuah hadits –seperti dikutip
Ziauddin Sardar dalam Mengenal Islam for Beginner (1997)– dinyatakan
apa-apa saja yang termasuk amal saleh, yaitu:
- Mendamaikan dua orang yang berselisih secara
adil;
- Membantu seseorang untuk menaiki hewan
tunggangannya atau memuat barang-barangnya ke atas hewan tersebut;
- Ucapan yang baik;
- Menyingkirkan rintangan di jalan;
- Tersenyum kepada sesama; dan
- Berhubungan intim dengan istri/suami.
Jika dijabarkan, tentu saja
keenam hal di atas bermakna luas, tidak saja berarti secara harfiyah demikian.
Hal pertama dapat pula berarti menegakkan ukhuwah antarsesama manusia, baik
terhadap sesama Muslim maupun non-Muslim.
Ia dapat berarti pula cinta
damai atau hatinya selalu cenderung untuk menegakkan perdamaian dan
keharmonisan hidup. Tidak bisa tinggal diam jika menyaksikan konflik atau
permusuhan.
Hal kedua dapat pula bemakna
menegakkan prinsip ta’awun(tolong-menolong) dalam kebaikan dan takwa. Gemar
menolong orang yang sedang berada dalam kesulitan, atau membantu meringankan
beban orang lain. Hal ketiga bermakna pula berhati-hati dalam memfungsikan
lidah (ucapan).
Ia hanya berbicara yang
baik-baik dan bermanfaat. Ia menjauhi ucapan yang dapat menyakiti atau
menyinggung perasaan orang lain. Ia menghindari fitnah, memaki atau menghina
orang, termasuk menjauhi pergunjingan (membicarakan aib orang).
Hal keempat dapat bermakna
gemar membantu orang menuju tujuan atau cita-cita hidupnya. Tidak suka
mempersulit urusan orang, apalagi membuat orang lain celaka. Hal kelima dapat
bermakna berbuat baik terhadap sesama, membuat senang hati orang, bersikap
ramah-tamah. Singkatnya, bergaul dengan sesama bikhuluqin hasanin
(dengan budi pekerti yang baik).
Hal keenam dapat berarti pula
memenuhi hak suami/istri, berbuat baik terhadap suami/istri, membangun
rumahtangga yang harmonis, dan menjauhkan diri dari perbuatan zina.
Semoga, hal-hal di atas
membantu kita menjadi ‘ibaadillaahish-shaalihiin, yang didoakan
keselamatannya setiap kali umat Islam melakukan shalat, dalam bacaan
tahiyat-nya. Amin! Wallahu a’lam. (Abu Faiz)